my blog's

Selasa, 08 Januari 2013

marah dalam perspektif Al-Qur'an


BAB 1
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Marah pada dasarnya merupakan suatu hal yang normal dan pernah dialami oleh kebanyakan orang.Disatu sisi manusia memang perlu melepaskan marah yang ada di dalam dirinya agar diperoleh kelegaan, atau agar terlepas dari suatu beban emosi yang cukup berat yang mengganjal dalam hatinya.Marah adalah salah satu bentuk emosi manusia yang normal dan sehat.Setiap individu pernah marah dengan berbagai alasan.Meski merupakan suatu hal yang wajar dan sehat, namun jika tidak dikendalikan apalagi bersifat destruktif, maka marah berpontensi besar untuk menimbulkan masalah baru, seperti masalah di tempat kerja, di dalam keluarga, ataupun hubungan interpersonal dalam masyarakat.[1]
Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan wahyu Allah SWT yang ditujukan untuk manusia, diri pribadi dan alam semesta.Al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna, memuat berbagai aspek kehidupan manusia, baik itu berhubungan dengan aqidah, ibadah, muamalah, maupun yang berhunbungan dengan kehidupan pada umumnya seperti politik, hukum, perdamaian, perang, social dan ekonomi.Dalam kehidupan social ini manusia beraneka ragam watak pikiran serta masalah yang dihadapi, dari watak yang lembut sampai watak yang keras dalam menyelesaikan permasalahan.
            Setiap jiwa manusia mengalami berbagai perubahan dan pengaruh, apabila manusia senantiasa menjalankan perintah Allah SWT dengan baik, maka akan memperoleh ketenangan dalam hidup, sebaliknya jika manusia tidak menjalankan perintah Allah SWT dapat digolongkan kedalam umat yang merugi. Sebagaimana firman Allah SWT Q.S Al-Asr ayat 1-3 yang berbunyi:
ﻮﺍ ﻠﻌﺻﺮ ﴿١﴾ ﺇ ﻦ ﺍ ﻻ ﻨﺴﺎ ﻦ ﻠﻔﻴﻰ ﺧﺴﺮ ﴿۲﴾ ﺍ ﻻ ﺍ ﻠﺬ ﻴﻦ ﺍ ﻤﻧﻮﺍ ﻮ ﻋﻤﻠﻮﺍ ﺍ ﻠﺻﻠﺤﺖ ﻮ ﺗﻮﺍ ﺻﻮﺍ ﺒﺎ ﻠﺤﻖ ﻮ ﺗﻮﺍ ﺻﻮﺍ ﺒﺎ ﻠﺻﺒﺮ ﴿۳
Artinya : “Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar barada dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan nasihat- menasihati supaya mentaati kabenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran”.[2]

            Dari ayat diatas jelaslah bahwa manusia yang merugi adalah manusia yang tidak beriman, selalu ditimpa keresahan dan kebimbangan-kebimbangan.Kemudian Allah SWT menyuruh manusia untuk saling nasihat-menasihati agar mentaati kebanaran dan bersabar.
            Pada dasarnya manusia itu dalam keadaan merugi kecuali orang-orang yang mempunyai empat sifat : 1) beriman 2) beramal shaleh 3) saling berwasiat kepada kebenaran dan 4) saling berwasiat kepada kesabaran. Mereka melakukan dan mengajak kebaikan kepada orang lain. Setapak pun ia takan mundur sekalipun berhadapan dengan masyaqat dan musibah didalam melaksanakan da’wah kebaikan.[3]

Seseorang yang tidak dapat mengendalikan dan mengarahkan jiwanya, serta tidak dapat menentukan kehendak dan akalnya maka akan menimbulkan sifat marah.[4] Ketika seseorang sedang marah, maka pasti ia tidak mampu lagi mengendalikan akal dan aktifitasnya atau bahkan tidak mampu mengendalikan ucapanya, hal ini akan membawa kepada tindakan yang tidak terkontrol atau mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena terbawa oleh emosi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan bukanlah orang yang gagah itu orang yang paling gagah dimedan pertempuran, melainkan  orang yang gagah itu adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.[5]
Nafs amarah mengeluarkan perintah kepada jasad untuk melampiaskan kekesalan hati dengan celaan-celaan, tindakan-tindakan dan wujud kekesalan lainya tergantung pada tingkatan kemarahan dari keimanan seseorang.

Sebagaimana  firman Allah SWT  QS Al-Imran ayat 134
http://www.dudung.net/images/quran/3/3_134.png
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.[6]
Berdasarkan firman Allah SWT diatas dapat dipahami bahwa menahan amarah merupakan perbuatan kebajikan, Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, jika manusia tidak melaksanakan kebijakan Allah SWT dengan baik dan mempunyai iman yang lemah, akan mengakibatkan manusia menjadi marah.
Menurut Tafsir Al-Maraghi
Orang-orang yang menahan dan mengekang perasaan amarahnya, tidak mau melampiaskanya, sekalipun hal itu bisa saja ia lakukan. Barang siapa menuruti nafs amarah, kemudian bertekad untuk dendam, beararti ia tidak stabil lagi dan tidak mau berpegang teguh kepada kebenaran. Bahkan terkadang ia bisa melampauinya hingga kelewat batas. Oleh karena itu, dikatakan bahwa mengekang amarah termasuk taqwa kepada Allah SWT.[7]
Di zaman yang serba penuh kompetisi ini, tekanan selalu datang bertubi-tubi. Persoalan hidup demikian pelik dan rumit, mulai dari urusan kantor, keluarga, tetangga atau saudara, masalah setiap saat menjumpai kita. Dengan demikian bara api dalam hati menjadi gampang terpanggang, tidak perlu obor, tidak perlu daun kering dan kertas, apalagi minyak tanah. Cukup sepercik api akan langsung membakar, bahkan tidak sekedar  ditiup saja bara itu lansung keluar api.[8]

Rasulallah saw bersabda:
ﻮﻋﻥ ﺍ ﺒﻰ ﻮﺍ ﺌﻞ ﺍ ﻠﻘﺎ ص ﻘﺎ ﻞ ׃ ﺪ ﺨﻠﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﺮ ﻮ ﺓ ﺒﻦ ﻤﺤﻤﺩ ﺒﻦ ﺍ ﻠﺴﺩ ﻯ ﻔﻛﻠﻤﻪ ﺮ ﺟﻞ ، ﻔﺎ ﻏﻀﺒﻪ ، ﻔﻘﺎ ﻢ ﻔﻘﻮﻀﺄ ﻔﻘﺎ ﻞ ׃ ﺤﺩ ﺛﻨﻰ ﺍ ﺒﻰ ، ﻋﻦ ﺠﺩ ﻯ ﻋﻄﻴﺔ ﻘﺎ ﻞ ׃ ﻘﺎ ﻞ ﺮﺴﻮﻞ ﺍ ﷲ ﺻﻠﻰ ﺍ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮ ﺴﻠﻢ ׃ ﺍ ﻦ ﺍ ﻠﻐﻀﺐ ﻤﻥ ﺍ ﻠﺸﻴﻄﺎ ﻦ ، ﻮﺍ ﻥ ﺍ ﻠﺸﻴﻄﺎ ﻦ ﺨﻠﻖ ﻤﻥ ﺍ ﻠﻨﺎ ﺮ، ﻮﺍ ﻨﻤﺎ ﺘﻄﻔﺄ ﺍ ﻠﻨﺎ ﺮ ﺒﺎ ﻠﻤﺎﺀ ، ﻔﺎ ﺫﺍ ﻏﺿﺏ ﺍ ﺤﺩ ﻛﻡ ﻔﻠﻴﺘﻮ ﻀﺄ ﴿ﺮﻮﺍ ﻩ ﺍ ﺒﻮ ﺩﺍﻮﺩ
Artinya : Dan dari Abu Wa’il Al-Qaash, ia berkata : kami masuk atas Marwan bin As-Sa’diy, maka seseorang berbicara dengannya, maka ia menjadi marah, maka ia berdiri lalu berwudhu’, lalu berkata : Bapakku menuturkan kepada ku dari neneknya Athiyah, ia berkata : Rasulallah s.a.w. bersabda : bahwa setan diciptakan dari api, yang dapat meredamkan api adalah air, maka kalau seseorang diantara kamu marah, maka hendaklah berwudhu’(HR. Abu Daud). [9]
Marah termasuk sifat kebinatangan yang dimiliki manusia. Dan ia merupakan hal yang alami yang terakhir dalam diri manusia atau hewan dari perasaan yang keras dan tajam terhadap yang lain. apabila seseorang menemui sesuatu yang menjadi penghalang bagi keinginanya atau bertentangan dengannya, maka ia akan merasa kesempitan  (susah dan kesal), seperti ia mendengar perkataan yang buruk atau tertimpa kezaliman. Lalu timbullah pada dirinya perasaan ingin membalas dendam, dan kemudian bergejolaklah darahnya.karena itu, kita menyaksikan bahwa kondisi kemudian , sebagian orang berubah mukanya, menjadi merah dan tampak dengan jelas pergerakan darah yang ada diwajahnya. Ketika itu jiwa seseorang cenderung untuk membalas dendam dan berusaha untuk melakukainya.
Kemudian mulailah ia melontarkan kata-kata yang bertentangan dengan yang sebenarnya, mencela orang lain dengan ungkapan “yang keji dan yang hina” atau menggunakan tangan dan kakinya. Dalam kondisi semacam ini ia tidak sadar apa yang ia perbuat. Inilah kondisi kebinatangan yang tak lagi memperhatikan kebenaran. Ia ulurkan tanganya kepada kebatilan dengan pandangan seperti pandangan hewan, ketika ia berjalan beriringan dengan gejolak kemarahan, tidak ada yang ia lihat dihadapanya selain dendam, sehingga terkadang ia merobek pakaianya, melontarkan celaan kepada sesuatu yang tidak ada dihadapanya, ataupun memukul dirinya sendiri. Dari uraian di atas, maka masalah ini sangat penting untuk diteliti. Dengan demikian maka judul yang dapat di tarik adalah  “Marah Dalam Perspektif Al-Qur’an”
B.         Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.   Mengetahui Pengertian Marah.
2.   Mengetahui Penyebab dan Akibat Marah.
3.   Mengetahui Dampak Prilaku Marah.
4.   Mengetahui Cara  Mengatasi Marah.
C.       Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk Mengetahui Pengertian Marah.
2.   Untuk Mengetahui Penyebab dan AkibatMarah.
3.   Untuk Mengetahui Dampak Prilaku Marah.
4.   Untuk Mengetahui Cara  Mengatasi Marah.








BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Marah
Marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsiesensial bagi kehidupan manusia, yakni membantunya dalam menjagadirinya.Pada waktu seseorang sedang marah, energinya guna melakukanupaya fisik yang keras semakin meningkat.Ini memungkinkannya untuk mempertahankan diri atau menaklukkan segala hambatan yang menghadangdi jalan dalam upayanya untuk merealisasikan tujuan-tujuannya.Al-Qur’ansendiri memberikan anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapiorang-orang kafir yang menghalangi tersebar luasnya Islam.Kekerasanseperti ini adalah kekerasan yang timbul dari marah karena Allah dan demiuntuk menyebar luaskan seruannya.[10]
Marah dikeluarkan oleh kesombongan yang tersembunyi di bagian paling dalam di dalam hati setiap orang garang dan keras kepala.Di antara produk kemarahan adalah iri dan dengki. Pangkalan keduanya pada segumpal daging, jika dia baik , maka baik pula sekujur tubuh. Jika kedengkian, rasa iri, dan amarah adalah di antara pemyebab yang menggiring hamba ke kawasan kebinasaan, maka alangkah dia sangat membutuhkan pengetahuan tentang kebinasaan dan keburukan-keburukannya agar waspada menghadapi semua itu, menjagainya, membuangnya dari lubuk hati jika memang ada dan meniadakannya.[11]  Sebagaiman Allah berfirman dalam Al-Qur’an
http://www.dudung.net/images/quran/48/48_26.png
Artinya :  Ketika orang-orang yang kafir menanamkan kesombongan dalam mereka(yaitu) kesombongan jahiliah, maka Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya, dan kepada orang-orang mukmin, dan (Allah) mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa, dan mereka lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya, Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.[12]
Ayat ini mencela orang-orang kafir dengan apa-apa yang mereka perlihatkan kesombongan jahiliah yang muncul dari kemurkaan dengan kebathilan dan pujian bagi orang-orang yang beriman dengan diturunkan ketenangan hati.Telah seorang berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkan kepadaku untuk melakukan suatu amal lalu aku menguranginya.” Beliau menjawab, “ Jangan Marah.” Kemudian orang itu mengulang dan beliau menjawab, “Jangan Marah.”
Marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi esensial bagi kehidupan manusia, yakni membantunya dalam menjaga dirinya.Pada waktu seseorang sedang marah, energinya guna melakukan upaya fisik yang keras semakin meningkat.Ini memungkinkannya untuk mempertahankan diri atau menaklukkan segala hambatan yang menghadang di jalan dalam upayanya untuk merealisasikan tujuan-tujuannya.Al-Qur’an sendiri memberikan anjuran digunakannya kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang menghalangi tersebar luasnya Islam.Kekerasan seperti ini adalah kekerasan yang timbul dari marah karena Allah dan demi untuk menyebar luaskan seruannya.[13]Marah yang dimaksud disini adalah perilaku yang tidak diterima secara emosional dimana biasanya meledak-ledak, tidak terkendali atau bahkan sampai melakukan tindakan kekerasan sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan sosial dari lingkungan sekitar.



Menurut Beck pada dasarnya ciri-ciri marah yang terjadi pada seseorang, dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek biopsikososial-kultural-spritual.[14]
a.    Aspek Biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epinerpin, sehingga tekanan darah meningkat, takikardi (frekuensi denyut jantung meningkat), wajah merah, pupil melebar, dan frekuensi urin meningkat. Ada gejala sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup,tangan dikepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang keluarkan saat marah bertambah.
b.   Aspek Emosional
Seseorang yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut.Perilaku menarik perhatian dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran dan penyimpangan seksual.
c.    Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman kehidupan seseorang melalui proses intelektual. Panca indera sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara seseorang marah, mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan marah, bagaimana informasi proses. Diklasifikasikan dan diintegrasikan pada gangguan fungsi pancaindera dapat terjadi penyimpangan persepsi seseorang sehingga menimbulkan marah.
d.   Aspek Sosial  
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain, dan   menimbulkan penolakan dari orang lain. Sebagian orang menyalurkan kemarahan dengan menilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga orang lain merasa sakit hati.
Proses tersebut dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan, seseorang memerlukan saling berhubungan dengan orang lain. Pengalaman marah dapat mengganggu hubungan interpersonal sehingga beberapa orang menyangkal atau berpura-pura tidak marah untuk mempertahankan hubungan tersebut.Cara seseorang mengungkapkan marah, merefleksikan budayanya.

B.        Penyebab Marah

Marah tidak timbul dengan sendirinya terdapat faktor penyebab atau pembawa yang dapat menyebabkan individu menjadi marah.Berikut ini beberapa ahli memaparkan factor-faktor penyebab marah.
Menurut purwanto dan mulyono faktor-faktor yang menyebabkan marah di bagi  menjadi dua yaitu faktor fisik dan faktor psikis. [15]
a.    Faktor Fisik
·      Kelelahan yang berlebihan.
·      Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah.
·      Hormon kelamin.
b.   Faktor Psikis
Faktor ini erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Terutama sekali yang menyangkut apa yang disebut “konsep diri yang salah” yang menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang. Beberapa self concept yang salah dapat dibagi menjadi :
1)   Rasa rendah diri (MC= Minderwaardigheid Complex ),
2)   Sombong ( Superiority Complex ),
3)   Egoistis.
Faktor penyebab mengapa seseorang menjadi marah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah hal-hal yang datang dari luar diri sang individu. Contoh: marah kepada atasan atau bawahan, dan lain-lain. Selain hal-hal eksternal tersebut, kemarahan juga dapat disebabkan oleh adanya faktor faktor yang ada dalam diri sendiri.Dengan kata lain ada unfinished business (masalah yang tidak tuntas) yang bisa memicu timbulnya marah. Contoh: ketakutan atau kekhawatiran terhadap sesuatu hal tertentu, ketidakmampuan dalam berinteraksi, adanya pengalaman traumatic ataupun kenangan pahit pada masa lalu.[16]
C.       Akibat Dari Perilaku Marah
Perilaku marah dapat menimbulkan dampak yang tentu saja negatif baik terhadap diri sendiri maupun orang  lain.Dibawah ini pendapat ahli mengenai dampak negatif marah.
Wetrimudrison menyebutkan akibat negative dari marah,yaitu :
1.   Hidup jadi tidak bermakna. Hidup ini makin bermakna, ketika banyak orang yang membutuhkan dan mengharapkan keberadaan kita. Sebaliknya remaja pemarah hidup di dunia tidak nikmat karena tidak di senangi orang, dan di akhiratpun tidak termasuk umat nabi Muhammad karema nabi tidak mengajarkan umatnya menjadi pemarah.
2.   Ditakuti orang, bukan di segani/ juga bukan dihormati. Ditakuti orang karena sifat pemarah, akan berakibat di jauhi orang-orang. Mungkim saja orang didepan sang pemarah. Orang pura-pura hormat karena takut dengan kata-katanya, atau takuti di marahi, tapi setelah orang berlalu dari hadapannya atau ketika dibelakangnya, orang-orang akan mencemoohkan dan mencibirkan remaja yang suka marah tersebut.
3.   Berpontensi cepat jadi pelupa, jika remaja sering marah, akan terjadi banyak pemutusan sel-sel urat saraf pengingat, maka otomatis urat saraf remaja itu telah kehilangan kekuatan dan jaringan fungsi mengingat. [17]

D.       Dampak Marah

Disini dampak marah terbagi dalam lima bagian, yaitu:
Pertama, membahayakan tubuh.Marah tumbuh dari gejolak darah dalam hati.Kemudian bertahan kepada urat-urat nadi, seperti terlihat pada wajah dan kedua mata yang memerah. Jika hal itu terjadi berulang-ulang, maka biasanya ia akan menimbulkan hipertensi, bahkan mengakibatkan terpecahnya pembuluh darah yang menyebabkan kelumpuhan. Itulah dampak dari bahaya marah terhadap tubuh.
Kedua, menodai agama, Marah terkadang-kadang menyeret pelaku untuk mengumpat oramg lain. Bahkan melecehkan kehormatan, merampas harta, dan menumpahkan darah mereka.Semua itu adalah dosa dan menodai agama.
Ketiga, tidak mampu mengendalikan diri.Marah menjadikan akal seolah-olah tertutup dan terhalang.Jika akal tertutup atau terhalang, maka manusia menjadi tidak mampu mengendalikan dirinya.Pada saat itulah muncul dari dalam dirinya sesuatu yang tidak terpuji, sesuatu yang dapat membawa kepada penyesalan yang tidak berguna.
Keempat, terjerumus ke dalam dalih yang hina.Orang yang suka marah melakukan sesuatu yang tidak diketahui dan tanpa alasan yang jelas.Hal ini dapat menjerumuskannya ke dalam perbuatan yang hina. Rasullah Saw. Melarang pelaksanaan setiap perkara yang menjerumuskannya ke dalam alasan yang hina.Beliau bersabda,”Jauhkanlah dirimu dari setiap perkara yang menuntut pemberian alasan.”
Kelima, azab keras.Marah menimbulkan banyak kesalahan serta membuat seseorang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan keburukan. Akibatnya ia memperoleh azab yang berat baik dunia maupun akhirat.[18]

E.        Cara Mengatasi Marah

Ada dua hal yang mendasar yang harus dilakukan untuk mengobati marah.Pertama , membekali diri dengan pengetahuan yang membahas tentang bahaya marah dan dampaknya, serta pengetahuan  keutamaan bagi mereka yang dapat mengendalikan gejolak marah.

Kedua, memohon perlindungan Allah.Ini sebagaimana yang diajarkan Rasulallah dengan berdoa, “Ya Allah, Tuhannya Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku, dan lindungilkah aku dari fitnah yang menyesatkan.”[19]Menurut papu terdapat beberapa hal berikut ini pertimbangan untuk mengendalikan amarah, yaitu:

a.    Relaksasi. Melakukan relaksasi terbukti dapat membuat seseorang menjadi tenang dalam menghadapi berbagai situasi yang kurang menyenangkan atau penuh tekanan. Relaksasi dapat di lakukan dengan berbagai variasi, misalnya menarik nafas dalam-dalam, melakukan latihan-latihan ringan untuk mengendurkan otot-otot, atau pun dengan kata-kata: “Relaks: tenang aja; take it easy; gak apa-apa ko”.
b.   Humor. Meskipun amarah merupakan suatu hal yang serius tetapi jika anda mau merenungkan atau mencermatinya secara mendalam maka tidak jarang di dalam kemarahan seringkali tersimpan hal-hal yang bisa membuat anda tertawa. Bahkan seringkali anda menemukan bahwa hal-hal yang menjadi penyebab kemarahan adalah suatu hal yang lucu dan sangat sepele. Namun demiakian dalam penggunaan humor hendaklah perlu di perhatikan 2 hal : 1) jangan menggunakan humor hanya untuk mempertawakan masalah yang sedang anda  hadapi tetapi hanya gunakan humor sebagai sesuatu cara yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah. 2) menggunakan humor-humor yang bersifat kasar atau sarkastik sebab hal itu merupakan bentuk ekspresi kemarahan kemarahan yang tidak sehat.
c.    Mengubah Cara Pandang. Individu yang sedang marah cenderung mengumpat, mengutuk, menyumpah dan mengucapakn berbagai macam kata-kata yang menggambarkan perasaan di dalam hatinya. Ketika sedamg marah maka pikiran anda dan tindakan  bisa menjadi berlebih-lebihan dan dramatis. Oleh karena itu cobalah mengubah pikiran-pikiran yang berlebih-lebihan tersebut dengan suatu yang rasional.
Contoh: dari pada anda mengatakan: “ ah, ini sangat mengerikan, hancur semuanya, ini adalah mimpi buruk saya”, cobalah mengubahnya dengan : “Ya memang hal ini membuat saya frustasi, dan saya bisa memahami mengapa saya bisa marah, tetapi ini bukanlah akhir dari segala-galanya bagi saya dan kemarahan tidak mengubah apa-apa”. Mengingat bahwa amarah seringkali berubah menjadi irasional maka untuk mengendalikannya dibutuhkan pemikiran yang logis. Semakin anda bisa berpikir logis ( bisa mempertimbangkan akibatnya dan berpikir jauh kedepan. dsb) maka akan semakin mudah anda mengendalikan amarah dalam diri. Ingatkan diri anda, apa yang sedang terjadi hanyalah merupakan suatu “tinta merah” dalam kehidupan anda. Ingat-ingat akan hal ini setiap kali anda merasa marah supaya anda bisa mendapat pandangan yang lebih seimbang.
d.   Selesaikan Masalah Secara Tuntas. Mengingat bahwa kemarahan bisa dipicu oleh hal-hal yang dating dari dalam diri seperti adanya masalah yang belum terselesaikan, maka akan sangat baik jika anda menyelesaikan setiap masalah yang muncul sesegera mungkin dan tuntas. Meskipun dalam hidup mungkin ada masalah yang bisa terselesaikan tanpa campur tangan anda secara signifikan, namun alangkah baiknya jika anda membiasakan diri menyelesaikan setiap permasalahan yang berhubungan dengan  diri anda. Dengan berkurangnya beban psikologis dalam diri anda maka kemungkinan menjadi marahpun akan berkurang.
e.    Mengubah Lingkungan, Apa yang dimaksudkan dengan mengubah lingkungan dapat berupa penataan kembali tempat tinggal ataupun tempat kerja anda. Mengubah lingkungan dapat juga berarti merubah aturan main yang berlaku di lingkungan tersebut dan juga termasuk mengubah kebiasaan diri anda sendiri untuk menghindari lingkungan tersebut sementara waktu. Contoh: Daripada anda menjadi  marah-marah kepada rekan kerja karena jenuh dengan kondisi kerja yang ada, maka ada baiknya anda mengambil cuti kerja dan pergi kesesuatu tempat untuk menenangkan diri. Dengan cara ini maka pikiran anda akan menjadi fresh kembali dan siap bekerja tanpa marah-marah.
f.    Melakukan Konseling, Mengingat bahwa setiap individu memiliki sumber daya yang berbeda dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan maka ketika anda merasa bahwa anda tidak lagi mampu  mengendalikan amarah maka ada baiknya jika anda melakukan konseling dengan psikolog atau para profesional lainnya. Melalui bantuan professional ini anda mungkin akan diberikan bagaimana cara-cara yang tepat mengendalikan amarah agar tidak merusak aspek kehidupan yang lain. Tentu saja hasilnya tidak akan instant tetapi setidaknya hal itu akan membantu anda menjadi lebih baik.[20]
Dengan cara itu, ia melawan ketakutan dan emosi serta mengatasinya secara bertahap. Ada pula yang menggunakan cara dengan spiritual. Ia membuat rileks otot-otot pada badannya, dengan cara yang sangat santai agar dapat menghilangkan ketegangan otot fisiknya. Emosi sendiri berhubungan dengan ketegangan akal.Oleh karenanya. Ketika dapat terlepas dari ketegangan otot, emosi kita pasti akan mereda. Kita sendiri harus selalu melihat kebaikan dan keburukan seseorang secara proporsional, karena kita tidak boleh melihat seseorang dari sisi keburuknnya .Hal ini disebabkan karena seorang manusia merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi antara keistimewaan dan keburukannya atau kekurangannya.[21]












BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
1.   Pengertian Marah
Marah pada hakikatnya merupakan gejolak hati  yang mendorong agresifitas. Energy marah ini meledak untuk mencegah timbulnya hal-hal negative juga untuk melegakan jiwa  sebagai pembalasan hal-hal negative yang telah menimpa seseorang. Marah suatu emosi yang mempunyai ciri-ciri aktivitas sistem syaraf simpatetik yang tinggi, dan adanya perasaan tidak suka yang amat kuat yang disebabkan adanya  kesalahan yang mungkin nyata salah atau mungkin pula tidak.
Kemarahan atau marah sangat tergantung dari persepsi orang yang bersangkutan. Artinya kemarahan yang dirasakan oleh kita akan berbeda dengan kemarahan yang dirasakan oleh orang lain dan atau suatu stimulus bisa menimbulkan kemarahan suatu individu tetapi belum tentu menimbulkan kemarahan bagi individu lainnya, karena stimulus tersebut bisa dianggap suatu kesalahan bagi seseorang tetapi tidak bagi yang lainnya.
Marah mendorong pada seseorang pada tingkah laku yang agresif, seperti mengumpat, memukul, menendang, mambanting bahkan jika diteruskan pada tingkah yang lebigh ekstrim prilaku ini dapat mengarah pada tindakan criminal seperti melukai, menyiksa bahkan membunuh.Tetapi tentu saja ekspresi marah tidak selalu dalam bentuk tingkah laku agresif. Karena sebagian orang marah ditunjukan dengan cara yang berlawanan dengan agresi seperti diam, mengurug diri, murung atau menangis.
2.   Sebab-Sebab Marah
Maka harus mengetahui sebab-sebab kemarahan, dan sebab-sebab yang membangkitkannya: berbangga-bangga, ujub, suka canda, suka bergurau, mencela, mencibir, menjelekkan,  permusuhan, curang, sangat ambisi untuk mendapatkan harta dan kehormatan. Semua itu adalah akhlak yang hina dan tercela secara syar’i.


3.   Akibat Marah
a.      Lisan
Lisan adalah ucapannya yang berupa celaan dan kata-kata keji yang mana orang berakal malu mendengarnya dan malu juga orang yang mengucapkannya setelah selesai marah.Semua itu dengan mengendurnya tatanan dan kekacauan lafadz.
b.      Anggota Badan
Pada anggota badan bisa pemukulan, ancaman, merobek, pembunuhan, melukai ketika ada kesempatan hingga kadang-kadang merobek-robek pakaiannya sendiri, memukuli diri sendiri, kadang-kadang memukul tanah dengan tangannya, dan bahkan mungkin dia akan menderita semacam lupa ingatan.
c.       Hati
Hati adalah adanya rasa dengki, hasud, menyembunyikan keburukan, senang dengan adanya berbagai keburukan, sedih dengan adanya sesuatu yang menggembirakan, berkemauan keras untuk menyebarkan rahasia, membinasakan batasan, mencela, dan keburukan-keburukan lainnya.Semua ini adalah buah kemarahan yang berlebih-lebihan.
4.Dampak Prilaku Marah
Dalam penulisan makalah ini, terdapat beberapa dampak dari prilaku marah, salah satunya yaitu dampak dpat membahayakan tubuh.Dimana marah tumbuh dari gejolak darah dalam hati.Kemudian bertahan kepada urat-urat nadi, seperti terlihat pada wajah dan kedua mata yang memerah. Jika hal itu terjadi berulang-ulang, maka biasanya ia akan menimbulkan hipertensi, bahkan mengakibatkan terpecahnya pembuluh darah yang menyebabkan kelumpuhan. Itulah dampak dari bahaya marah terhadap tubuh.
Kemudian dampak prilaku marah yaitu dapat menodai agama, Marah terkadang-kadang menyeret pelaku untuk mengumpat oramg lain. Bahkan melecehkan kehormatan, merampas harta, dan menumpahkan darah mereka.Semua itu adalah dosa dan menodai agama.

5.   Cara Mengatasi Marah
Cara mengatasi amarah itu dengan cara sebagai berikut:Hendaknya berpikir tentang dalil-dalil yang telah ada berkenaan dengan keutamaan menahan amarah.
a.    Hendaknya menakut-nakuti diri sendiri akan adzab Allah jika dia membiarkan amarahnya terus berlalu.
b.   Hendaknya ia selalu menakut-nakuti diri sendiri akan akibat permusuhan dan dendam.
c.    Hendaknya selalu berpikir tentang buruknya perangai ketika marah.
d.   Hendaknya selalu berpikir tentang sebab-sebab yang menyeru dirinya untuk dendam dan mencegah dirinya dari menahan amarah.
B.        Saran
Adapun saran yang penulis kemukakan dalam penulisan makalah ini antara lain: 
1.   Pada hakikatnya manusia telah diberi potensi oleh Allah, di mana potensi positif lebih kuat dari pada potensi negatif. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan kepada jiwa manusia. Oleh karenanya pendidikan Islam harus mampu mendidik individu agar senantiasa dituntut memelihara kesucian dan kebersihan jiwanya. Dengan jiwa yang demikian, individu akan hidup dalam ketenangan bersama Allah, teman, keluarga, masyarakat, dan umat manusia di seluruh dunia.
2.   Penulisan makalah tentang “Marah” ini hanya sebagian kecil dari pemikiran yang ada di dalam Al-Quran sebagai kerangka utamanya. Masih banyak tulisan yang mengetengahkan keistimewaannya sebagai pedoman pembelajaran. Dengan demikian, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap pengetahuan ilmiah yang lebih komprehensip mengingat bahwa marah merupakan elemen dasar psikis manusia.





[1]Wetrimudrison.Seni Pengendalian Marah dan Menghadapi Orang Pemarah. (Bandung:Alfabeta,2005). Hal viii
[2]Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan terjemah, Lubuk Agung, Jakarta, 1989, Halm. 1099
[3] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Diterjemahkan oleh Anshori Umar Situnggal, dkk, CV. Toha Putra, Semarang, jilid 30, 1993, Halm. 412
[4] Dr. Amir. An-Najjah, Ilmu Jiwa Dalam Tasyawuf, Pustaka Azzam, Jakarta, Sya’ban 1421 H/2000 M, Halm. 157
[5] Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, PT. Lentera Basri Tema Anggota KAAPI, Rabi’ul Akhir 1419 H/1998 M, Halm. 74-75
[6] Departemen Agama, Al Quran terjemaah Al Huda,2002 Hal. 68
[7] Ahmad Mustafa al-Maraghi, Terjemah Tafsi al-Maraghi, diterjemahkan oleh Anshori Umar Situnggal, dkk, CV. Toha Putra, Semarang, Jilid 4, 1993, Hal. 119
[8] Budi Handrianto, Kebeningan Hati dan Pemikiran Refleksi Tasawuf Kehidupan Orang Kantoran, Gema Insani, Jakarta, 2002, Hal. 97-98
[9] Ustadz Bey Arifin dkk, Terjemah Sunan Abi Daud, CV. Asy-Syifa’, semarang, Jilid 5, 1993, Hal. 145-146
[10]Najati, Utsman. Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi saw. (Jakarta: Mustaqin, 2003). Hal 77
[11]Imam  al  Ghazali, Terjemah Ihya Ulumudin, diterjemahkan  oleh  Drs. Asmuni, Buku Islam Kaffah, Jakarta, 2011, Hal. 365
[12]  Departemen Agama, Al Quran terjemaah Al Huda,2002 Hal.515
[13]Najati, Utsman. Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi saw. (Jakarta: Mustaqin, 2003). Hal 77
[14]Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, Psikologi Marah, Refika Aditama, Bandung, 2006, Hal. 14-16
[15]Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, Psikologi Marah, Refika Aditama, Bandung, 2006, Hal. 18-19
[16]Wetrimudroson. Seni Pengendalian Marah dan  Menghadapi Orang Pemarah. (Bandun Alfabeta, 2005). Hal 6
[17]Wetrimudroson. Seni Pengendalian Marah dan  Menghadapi Orang Pemarah. (Bandun Alfabeta, 2005). Hal . 13
[18]  Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis, Sapta Sentosa, 2009, Hal. 72-73
[19]  Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis, Sapta Sentosa, 2009, Hal. 73-74
[20]  Johanes papu, ( 2003 ) . Mengendalikan Marah,{online}. Tersedia http:// telaga.org. { 16 April 2012 }
[21]  Hisham Thalbah, Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis, Sapta Sentosa, 2009, Hal. 76-77